KALUNG PERSAHABATAN TANDA CINTA
Cerita ini berawal dari sahabatku yang bernama Tara. Dia seorang yatim piatu, ayah dan ibunya sudah meninggal karena kecelakaan, saat ia berumur 4 tahun. Umur kami berdua sama. Saat terjadi kecelakaan itu Tara masih TK.
15 tahun sudah berlalu, kini kami sudah dewasa.
Pada suatu hari Tara duduk sendirian di taman. Biasanya kalau dia sedang sedih, dia selalu cerita sama aku, tapi ini kok malah merenung sendirian di taman?
"Da...!"
"ah kamu Lan, ngagetin aja nanti kalau aku jantungan gimana, mau tanggung jawab?" ucap Tara sambil tersenyum kecil, menyembunyikan kesedihannya.
"kamu kenapa sih, kok dari tadi aku lihat cuma sendirian, bengong lagi. nanti kalau kesambet kan kasihan setannya, hahaha"
"nggak papa kok, tadi aku cuma mau melihat danau, di pinggir taman ini" ucap Tara sambil memalingkan wajahnya.
"o, beneran? nggak kangen sama aku?" tanya ku, sambil melihat matanya.
"ih kamu tu ya, kalau gombal bisa aja"
"namanya juga Alan si raja gombal, hehehe"
"o, pantes banyak cewek yang antri"
"cie... cie... kamu cemburu ya"
"eh, enggak kamu ke gr an banget sih"
"itu tadi apa coba, kalau nggak cemburu"
"udah ah aku mau pulang"
"ya udah, hati-hati di jalan ya bidadari ku"
"ih lebay, rumahnya aja cuma depan taman"
"hehehe iya ya"
Klek...
Pintu kamar ku kunci. " Tara kenapa ya, tadi kok nggak banyak bicara, kayaknya dia sedang banyak masalah. Tapi kalau ada masalah kan dia selalu cerita sama aku, Tara kenapa sih! aku jadi bingung. Eh tunggu dulu, tadi aku lihat matanya basah, kayaknya dia habis nangis deh. Kenapa sih anak itu. Nggak kaya biasanya dia seperti ini."
Saat aku berjalan menuju kamar mandi aku baru ingat, kalau besok itu ulang tahun Tara. Setelah mandi aku akan beli kado untuk Tara, mungkin tadi dia sedih karena saat ulang tahunnya tak ada ayah dan ibunnya yang menemaninya. Kasihan banget ya anak itu. Setelah selesai mandi aku langsung bergegas ke toko pernak-pernik untuk beli kado.
"mbak, kalau kado buat cewek yang romantis, dan yang nggak terlalu mewah apa ya?"
"mas pacarnya ya?"
"em... eh iya saya pacarnya" ucap ku berbohong sedikit nggak papa deh.
"ini aja mas, kalung buat mas dan pacarnya"
"kalung...?"
"iya, ini sekalian beli sepasang, ini liontinnya juga bagus, hatinya bisa disatukan"
"o, yayaya... sekalian di bungkus ya mbak"
"ya, tunggu sebentar"
"udah jadi belum sih mbak, kok lama banget"
"ya tunggu sebentar, ini udah jadi"
"ini mbak uangnya"
Pagi harinya aku jemput Tara di rumahnya. Sepanjang perjalanan menuju sekolah , Tara nggak bicara apap pun. Sekarang Tara kok mulai beda? dia kenapa ya? wajahnya kok pucat sih, apa dia sakit? ah jadi bingung. Sesampainya di sekolah kami masuk kelas.
Siang harinya, kami pulang bersama. Setelah sampai rumah, aku mengajak Tara ke danau dekat taman. Ternyata Tara sudah ada di taman lebih dulu.
"hei..."
"ih kamu tu sukanya ngagetin orang"
"kok mata kamu berair, kamu habis nangis ya?"
"enggak tadi cuma kena debu"
"biasanya kalau kamu lagi sedih, kamu langsung cerita sama aku"
"aku nggak sedih, cuma nggak enak badan"
"kamu sakit ya, kalau sakit istirahat di rumah aja"
"nggak papa, aku pengen disini sama kamu"
"aku punya sesuatu buat kamu" kataku, sambil mengambil kado yang sudah ku siapkan.
"apa?"
"ini, yang satu buat kamu, yang satunya lagi buat aku. Aku pakai kan ya."
"makasih ya Lan, kamu masih ingat hari ulang tahun aku"
"iya, selamat ulang tahun ya, bidadari ku"
"Alan, aku capek" kata Tara yang memang kelihatannya pucat, sambil bersandar di bahu ku.
"kamu badannya kok panas, kalau sakit istirahat di rumah aja deh"
"Alan"
"iya, kenapa?"
"kalau aku sering marah-marah sama kamu, maafin ya. Dan juga kalau aku nggak kembali, jangan sedih" kata Tara sambil meneteskan air matanya. Aku kaget, kenapa Tara ngomong gitu.
"emangnya kamu mau kemana, mau pergi?" tanyaku, tapi Tara sudah tidur, dan pegangan tangannya mulai melemas.
Itulah saat terakhirku bersama Tara, sahabat ku, teman istimewaku. Dan cinta pertama ku, tapi jarapanku sudah hilang. Kini Tara sudah tak ada lagi, tak menemani hari-hariku. Kalung tanda cintaku untuk Tara, sudah ku kubur bersama dengan pemakamannya Tara. Walaupun Tara sudah meninggal, tapi Tara tak akan terhapus dari hati ini.
anda dapat melihat karya saya yang lain dengan cara :
klik disini